Data Ekonomi AS Bikin Investor Pede, Bursa Asia Dibuka Cerah

Data Ekonomi AS Bikin Investor Pede, Bursa Asia Dibuka Cerah –
Jakarta, RMOL.CO – Bursa Asia-Pasifik dibuka menguat pada perdagangan Jumat (14/4/2023), mengikuti pergerakan bursa saham Amerika Serikat (AS) yang juga menghijau setelah dirilisnya data inflasi ditingkat produsen.
Per pukul 08:30 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang melesat 1,11%, Hang Seng Hong Kong menguat 0,35%, Shanghai Composite China bertambah 0,28%, Straits Times Singapura terapresiasi 0,41%, ASX 200 Australia tumbuh 0,2%, dan KOSPI Korea Selatan naik 0,11%.
Dari Singapura, ekonominya pada kuartal pertama 2023 cenderung melambat, terseret oleh kelemahan di bidang manufaktur.
Berdasarkan data dari Statistik Singapura, produk domestik bruto (PDB) Negeri Singa pada kuartal I-2023 hanya tumbuh 0,1 secara tahunan (year-on-year/yoy), dari sebelumnya pada periode kuartal IV-2022 yang tumbuh 2,1.
Adapun secara basis kuartalan (quarter-to-quarter/qtq), PDB Singapura melandai menjadi minus 0,7% pada kuartal I-2023, dari sebelumnya pada kuartal IV-2022 yang tumbuh 0,1%.
Pada Februari lalu, Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura (MTI) mempertahankan kisaran perkiraan pertumbuhan 2023 sebesar 0,5% – 2,5%, mencatat bahwa pertumbuhan untuk sektor-sektor yang berorientasi ke luar tetap lemah mengingat perlambatan ekonomi global yang lebih luas.
Sektor manufaktur berkontraksi sebesar 6% (yoy) di kuartal I-2023, memburuk dari kontraksi 2,6% di kuartal IV-2022, karena penyusutan output di semua lini sektor manufaktur kecuali klaster teknik transportasi.
Namun, sektor konstruksi bertambah 8,5%, memperpanjang pertumbuhan 10% yang terlihat pada kuartal sebelumnya, dengan peningkatan dalam aktivitas konstruksi sektor publik dan swasta.
Di lain sisi, bursa Asia-Pasifik yang secara mayoritas menguat terjadi mengikuti pergerakan bursa saham AS, Wall Street kemarin yang juga ditutup cerah bergairah.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melesat 1,14%, S&P 500 melonjak 1,33%, dan Nasdaq Composite melejit 1,99%
Menghijaunya Wall Street tidak bisa dilepaskan dari melandainya data inflasi harga produsen (producer price index/PPI) yang dijadikan patokan harga yang dibayarkan perusahaan dan kerap menjadi indikator inflasi konsumen.
Dirilis pada Kamis malam waktu Indonesia, data PPI AS pada Maret lalu turun 0,5% secara bulanan (month-to-month/mtm). Padahal, ekspektasi pasar indeks PPI diproyeksi mendatar.
Secara tahunan (year-on -year/yoy), inflasi produsen di AS melandai ke 2,7% pada Maret, dari sebelumnya 4,9% pada Februari.
Jika mengeluarkan item makanan dan energi, PPI inti turun 0,1% (mtm), di bawah ekspektasi kenaikan 0,21% ekonom yang disurvei Dow Jones.
Sebelumnya, rilis laporan indeks harga konsumen (consumer price index/CPI) AS pada Maret menunjukkan inflasi utama mereda pada bulan lalu.
CPI hanya naik 0,1% (mtm) pada Maret. Sedangkan secara tahunan, CPI AS tumbuh 5% (yoy), kenaikan terkecil sejak hampir dua tahun belakangan.
Inflasi yang mulai dingin ini menunjukkan jika ekonomi AS mulai melemah seperti harapan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).
Hanya saja, memang kenaikan ini masih belum begitu terasa seiring investor masih khawatir potensi resesi tahun ini.
Pelaku pasar akhir-akhir ini berharap efek meredanya inflasi dan pembalikan arah The Fed menjadi dovish beberapa pekan terakhir turut mendorong indeks saham di AS kembali cerah.
Menurut alat FedWatch CME Group, probabilitas yang memprediksi kenaikan sebesar 25 basis poin (bp) mencapai 66%, sedangkan yang memproyeksikan The Fed mempertahankan suku bunga di pertemuan edisi Mei mencapai 34%.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Bursa Asia Dibikin Galau Oleh Momen Rilis Data Ekonomi China
(chd/chd)