Maaf Bos Sawit! Baru Awal Pekan, Harga CPO Sudah Ambrol 2%

Maaf Bos Sawit! Baru Awal Pekan, Harga CPO Sudah Ambrol 2% –
Jakarta, RMOL.CO – Harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) di Bursa Malaysia Exchange terpantau melemah di sesi awal perdagangan awal pekan Senin (22/5/2023) mematahkan penguatan pada perdagangan akhir pekan lalu.
Melansir Refinitiv, harga CPO pada sesi awal perdagangan terpantau ambles 2,18%% ke posisi MYR 3.405 per ton pada pukul 10:00 WIB. Lesunya harga akhir-akhir ini membawanya kembali turun ke level 3.300-an padahal baru saja naik ke level 3.800-an pada perdagangan pekan sebelumnya.
Pada perdagangan akhir pekan lalu Jumat (19/4/2023) harga CPO ditutup menguat 2,62% ke posisi MYR 3.481 per ton. Dengan ini, dalam perlemahan CPO terpangkas menjadi 4,58%, namun tercatat menguat 4,28% secara bulanan, dan masih jatuh 16,6% secara tahunan.
Ambrolnya harga CPO terjadi di tengah sentimen positif di mana harganya sejak akhir pekan lalu terangkat oleh pembelian baru oleh importir utama China.
China merupakan konsumen CPO dunia terbesar setelah India. Bahkan, jika melansir data dari UN Comtrade, China merupakan konsumen terbesar kedua untuk CPO Indonesia pada periode 2016-2020, di mana kontribusi impornya sebanyak 14% dari total impor CPO Indonesia.
Maka dari itu,perbaikan ekonomi China membawa angin segar tentunya terhadap permintaan CPO dari dalam negeri.
Selain itu, turunnya harga CPO terjadi di tengah beberapa momentum bullish di minyak kedelai berjangka Chicago semalam dan pembelian baru China minggu ini.
Hal ini diungkapkan oleh Anilkumar Bagani, kepala penelitian broker minyak nabati Sunvin Group yang berbasis di Mumbai.
“Persediaan minyak sawit berkurang di China dan India, sementara margin impor dibuka untuk olein olahan sawit di China dan minyak sawit mentah di India setelah harga turun dari level tertinggi baru-baru ini,” katanya yang dikutip dari Reuters.
Di sisi lain, berdasarkan sebuah surat edaran di situs Dewan Minyak Sawit Malaysia menunjukkan bahwa Malaysia mempertahankan pajak ekspor bulan Juni untuk minyak sawit mentah sebesar 8% dan menaikkan harga rujukannya.
Pajak ekspor yang lebih tinggi di Malaysia membuat produk minyak sawitnya kalah bersaing dengan saingannya yang lebih besar, Indonesia, yang menurunkan pajak ekspor yang harus dibayar untuk periode 16-31 Mei.
Sementara, ekspor dari produsen terbesar kedua yakni Malaysia, menurut surveyor kargo Intertek Testing Services ekspor selama periode 1-15 Mei naik 4% dari periode yang sama bulan sebelumnya. Sementara, menurut AmSpec Agri Malaysia, surveyor kargo lainnya, mengatakan ekspor naik 5,2%.
Dari sisi minyak saingannya pada pekan lalu kontrak soyoil teraktif Dalian DBYcv1 dan kontrak minyak sawit DCPcv1 keduanya naik 0,5%. Harga Soyoil di Chicago Board of Trade BOcv1 naik 1,2%. Ini tentu menjadi sentimen positif bagi harga CPO.
Minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak terkait karena mereka bersaing untuk mendapat bagian di pasar minyak nabati global.
Namun perlu diingat bahwa sentimen negatif tetap masih menghantui pasar. Kekhawatiran kenaikan produksi dan perpanjangan kesepakatan ekspor Laut Hitam meningkatkan prospek peningkatan pasokan global.
“Mengingat meningkatnya pasokan kelapa sawit dalam beberapa bulan ke depan selama dua minggu terakhir, kami telah melihat elastisitas harga dari permintaan yang mendorong peningkatan paritas harga di pasar tujuan dan nilai relatifnya terhadap minyak nabati,” kata Marcello Cultrera, direktur di Singapura berbasis konsultan komoditas Apricus 8 Pte Ltd dikutip dariReuters.
Menurut analis teknikal Wong Tao yang dikutip Reuters, pada perdagangan hari ini harga CPO dapat menguji ulang support di MYR 3.363 per ton, penembusan di bawahnya dapat membuka jalan menuju MYR 3.288 per ton.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Sudah Dibantu China dan Argentina, Harga CPO Tetap Ambruk 5%
(aum/aum)