Bursa Asia Happy Weekend, Sayang IHSG Gak Ikutan

Bursa Asia Happy Weekend, Sayang IHSG Gak Ikutan –
Jakarta, RMOL.CO – Mayoritas bursa Asia-Pasifik ditutup menghijau pada perdagangan Jumat (26/5/2023), meski sentimen dari pembahasan plafon utang Amerika Serikat (AS) masih menjadi perhatian pasar.
Indeks Nikkei 225 Jepang ditutup menguat 0,37% ke posisi 30.916,3, Shanghai Composite China bertambah 0,35% ke 3.212,5, Straits Times Singapura naik tipis 0,05% ke 3.209,19, ASX 200 Australia meningkat 0,23% ke 7,154.8, dan KOSPI Korea Selatan naik 0,16% menjadi 2.558,81.
Namun sayangnya, bursa Asia-Pasifik yang cerah tidak diikuti oleh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), di mana IHSG ditutup melemah 0,26% menjadi 6.687.
Sementara untuk indeks Hang Seng Hong Kong pada hari ini tidak dibuka karena sedang libur memperingati Hari Ulang Tahun Buddha.
Investor di Asia-Pasifik sepertinya melupakan sejenak terkait pembahasan plafon utang AS yang masih mengalami kebuntuan hingga kini.
Namun, ada sedikit kabar baik terkait pembahasan plafon utang AS. Berdasarkan laporan Reuters yang dikutip pada Kamis kemarin, terdapat perkembangan positif dalam perundingan antara Gedung Putih dan perwakilan Partai Republik mengenai peningkatan plafon utang AS.
Ketua DPR AS asal Partai Republik, Kevin McCarthy, menyatakan bahwa kesepakatan masih memungkinkan sebelum Juni.
McCarthy mengungkapkan keyakinannya setelah pertemuan selama empat jam antara perunding yang dipilihnya dan Presiden AS, Joe Biden.
Meskipun Menteri Keuangan AS, Janet Yellen, telah memperingatkan tentang potensi kehabisan uang untuk membayar tagihan-tagihan pada awal Juni, McCarthy optimis bahwa kesepakatan masih bisa dicapai.
Di lain sisi, investor menanti rilis data indeks belanja konsumsi perorangan (Personal Consumption Expenditures/PCE) AS oleh Biro Analisis Ekonomi (BEA) pada Jumat malam juga menjadi fokus perhatian pasar.
Data PCE inti yang akan dirilis dapat mempengaruhi kebijakan suku bunga yang akan diambil oleh Federal Reserve.
PCE inti, yang tidak termasuk item makanan dan energi yang volatil, diproyeksikan naik 0,3% dari bulan sebelumnya dan 4,6% secara tahunan. Kenaikan tersebut bisa mempengaruhi keputusan Federal Reserve dalam menaikkan atau menunda suku bunga pada rapat tengah Juni.
Namun, para ekonom memperingatkan bahwa kegagalan dalam mencapai kesepakatan plafon utang AS bisa memicu resesi di AS, meningkatkan biaya pembiayaan dan suku bunga pinjaman, serta berdampak negatif pada ekonomi global.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan RMOL.CO Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Jelang Tahun Baru, Bursa Asia Dibuka Merana! IHSG Gimana?
(chd/chd)