Tertekan Kinerja Sektor Energi, IHSG Balik Arah Melemah Tipis

Tertekan Kinerja Sektor Energi, IHSG Balik Arah Melemah Tipis –
Jakarta, RMOL – Setelah sempat menguat di awal sesi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan sesi I perdagangan siang ini, Jumat (26/5/23) berbalik arah. IHSG ditutup turun tipis 0,01% ke level 6703,76.
Hingga istirahat siang, sekitar 12,5 miliar saham terlibat yang berpindah tangan sebanyak 752 ribu kali. Selain itu, nilai perdagangan tercatat mencapai Rp. 4,94 triliun.
Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) via Refinitiv enam dari total sektor melemah. Sektor Energi menjadi sektor yang paling merugikan indeks turun 0,86%.
Melemahnya IHSG dipicu penurunan 302 saham. Di lain sisi sebanyak 215 saham naik sementara 204 saham lainnya jalan ditempat alias tidak berubah.
Beberapa saham-saham dengan kapitalisasi raksasa terpantau membebani IHSG. Saham milik PT GoTo Gojek Tokopedia misalnya, menjadi pemberat utama IHSG siang ini sebesar 3,82 indeks poin (ip), disusul PT Bayan Resources (-3,35 ip), PT Bank Mandiri (-2,35 ip), PT Astra International (-2,32 ip) dan saham PT United Tractors (-1,53 ip).
Isu negosiasi plafon utang AS tetap menjadi perhatian utama para pelaku pasar di Indonesia. Berdasarkan laporan Reuters yang dikutip pada Kamis (25/5), terdapat perkembangan positif dalam perundingan antara Gedung Putih dan perwakilan Partai Republik mengenai peningkatan plafon utang AS. Ketua DPR AS asal Partai Republik, Kevin McCarthy, menyatakan bahwa kesepakatan masih memungkinkan sebelum bulan Juni.
Kevin McCarthy mengungkapkan keyakinannya setelah pertemuan selama empat jam antara perunding yang dipilihnya dan Presiden Joe Biden. Meskipun Menteri Keuangan AS, Janet Yellen, telah memperingatkan tentang potensi kehabisan uang untuk membayar tagihan-tagihan pada awal Juni, McCarthy optimis bahwa kesepakatan masih bisa dicapai.
Namun, Fitch Ratings baru-baru ini menempatkan peringkat kredit AAA AS dalam status peringatan atau pengawasan negatif. Tindakan ini menunjukkan ketidakpastian yang semakin meningkat mengenai kemampuan AS untuk menghindari default yang belum pernah terjadi sebelumnya. AS pernah mengalami penurunan peringkat selama kekacauan serupa pada 2011, yang berdampak buruk pada indeks S&P 500 dan IHSG.
Pada 9 Agustus 2011, penurunan peringkat utang AS oleh lembaga pemeringkat Standard & Poor’s menyebabkan IHSG mengalami penurunan signifikan hingga 3%, dan terus menurun selama hampir dua bulan. Selama periode tersebut, IHSG mencatatkan kerugian lebih dari 13%. Kondisi serupa dapat terulang jika AS mengalami gagal bayar saat ini.
Fitch Ratings dan perusahaan pemeringkat lainnya, DBRS Morningstar, mengharapkan penyelesaian terhadap batas utang sebelum tanggal 1 Juni, yang juga dikenal sebagai “tanggal X.” Juru bicara Gedung Putih menyatakan bahwa laporan dari Fitch menunjukkan urgensi dalam mencapai penyelesaian cepat terhadap situasi plafon utang.
Selain itu, rilis data indeks belanja konsumsi perorangan (Personal Consumption Expenditures/PCE) AS oleh Biro Analisis Ekonomi (BEA) pada Jumat malam juga menjadi fokus perhatian pasar. Data PCE inti yang akan dirilis dapat mempengaruhi kebijakan suku bunga yang akan diambil oleh Federal Reserve.
PCE inti, yang tidak termasuk item makanan dan energi yang volatil, diproyeksikan naik 0,3% dari bulan sebelumnya dan 4,6% secara tahunan. Kenaikan tersebut bisa mempengaruhi keputusan Federal Reserve dalam menaikkan atau menunda suku bunga pada rapat tengah Juni.
Para ekonom memperingatkan bahwa kegagalan dalam mencapai kesepakatan plafon utang AS bisa memicu resesi di AS, meningkatkan biaya pembiayaan dan suku bunga pinjaman, serta berdampak negatif pada ekonomi global. Investasi dan pasar keuangan di Indonesia, termasuk IHSG, akan terpengaruh oleh perkembangan negosiasi plafon utang AS dan rilis data PCE AS.
Pasar saham IHSG diprediksi akan merespons dengan hati-hati terhadap isu-isu ini. Investor diharapkan untuk mengikuti perkembangan terkini dan mempertimbangkan risiko yang mungkin timbul seiring dengan penyelesaian perundingan plafon utang AS dan data PCE AS yang akan dirilis.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Rekor IPO di Tahun 2022! Ada yang Modal Avanza Jadi Rumah!
(fsd/fsd)